PEREDARAN video adegan mesum yang diduga dilakukan oleh Ariel dengan beberapa artis perempuan melalui ponsel sangat meresahkan masyarakat. Kalangan orang tua mengkhawatirkan video itu dapat memicu terjadinya seks bebas di kalangan remaja. Bahkan saat ini hampir semua kepala sekolah di Jateng, khususnya tingkat SLA ’kebakaran jenggot’ karena disinyalir seluruh siswa sudah memiliki gambar-gambar tersebut di hand phone-nya masing-masing.
Maka, razia hp pun digalakkan. Hasilnya, banyak yang nihil, karena para siswa lebih piawai dalam menyimpan gambar-gambar tersebut. ”Lho banyak guru yang ndak bisa membuka hp siswa karena memang hp-nya canggih-canggih,” tutur salah seorang guru SLA di kawasan Banyumanik.
Di beberapa daerah, razia pun digalakkan. Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal merazia ponsel milik siswa untuk mencegah peredaran video mesum itu di kalangan pelajar. Pasalnya, pemberitaan yang gencar melalui infotainmen tentang video mesum itu justru dinilai membuat pelajar menjadi semakin penasaran ingin melihatnya.
”Secara psikologis, remaja itu masih dalam pencarian jati diri dan suka melakukan hal-hal yang baru,” kata Ketua Dewan Pendidikan Tegal Dimyati di sela-sela razia ponsel, di SMK Adiwerna Kabupaten Tegal, baru-baru ini.
Di beberapa daerah, razia pun digalakkan. Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal merazia ponsel milik siswa untuk mencegah peredaran video mesum itu di kalangan pelajar. Pasalnya, pemberitaan yang gencar melalui infotainmen tentang video mesum itu justru dinilai membuat pelajar menjadi semakin penasaran ingin melihatnya.
”Secara psikologis, remaja itu masih dalam pencarian jati diri dan suka melakukan hal-hal yang baru,” kata Ketua Dewan Pendidikan Tegal Dimyati di sela-sela razia ponsel, di SMK Adiwerna Kabupaten Tegal, baru-baru ini.
Seks bebas
Dimyati mengungkapkan, jika yang ditiru adalah hal yang positif itu tidak menjadi soal. Namun, jika yang ditiru merupakan perbuatan asusila, maka bisa mengakibatkan terjadinya seks bebas di kalangan pelajar. Apalagi, sebentar lagi akan memasuki masa libur kenaikan kelas, di mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya. ”Bisa saja, mereka mencoba-coba dengan pacarnya,” ujarnya.
Seluruh kepala sekolah di Tegal pun bergerak untuk merazia ponsel milik siswa. Jika ditemukan tersimpan video mesum, maka orang tua siswa bersangkutan harus dipanggil. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran yang sangat urgen dalam mengontrol penggunaan ponsel anaknya. ”Untuk sekolah yang mengadakan kegiatan luar seperti study tour atau kemah, kami imbau agar memperbanyak guru pendamping untuk mengawasi seluruh siswanya,” tegasnya.
SMK 1 Adiwerna bahkan telah melarang siswanya membawa ponsel dengan kelebihan multimedia dan internet. Ponsel yang diperbolehkan dibawa siswa ke sekolah hanya yang bisa untuk SMS dan telepon saja. Setiap pagi, pihaknya selalu merazia puluhan ponsel siswa.
”Pagi ini kami menyita puluhan ponsel siswa. Semua kami tahan dan hanya bisa diambil oleh orang tuanya masing-masing," tandasnya Wakil Kepala Sekolah Sakirin. Sakirin mengakui, dari seluruh ponsel yang disita itu tidak ditemukan tersimpan video dan gambar mesum. Kemungkinan, beberapa siswa menghapusnya saat akan dibawa ke sekolah. Pasalnya, ada ponsel yang masih terdapat file video Ariel, tapi tidak bisa dibuka karena dipasang password. "Ada juga yang memory card-nya diambil," jelasnya.
Dimyati mengungkapkan, jika yang ditiru adalah hal yang positif itu tidak menjadi soal. Namun, jika yang ditiru merupakan perbuatan asusila, maka bisa mengakibatkan terjadinya seks bebas di kalangan pelajar. Apalagi, sebentar lagi akan memasuki masa libur kenaikan kelas, di mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya. ”Bisa saja, mereka mencoba-coba dengan pacarnya,” ujarnya.
Seluruh kepala sekolah di Tegal pun bergerak untuk merazia ponsel milik siswa. Jika ditemukan tersimpan video mesum, maka orang tua siswa bersangkutan harus dipanggil. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran yang sangat urgen dalam mengontrol penggunaan ponsel anaknya. ”Untuk sekolah yang mengadakan kegiatan luar seperti study tour atau kemah, kami imbau agar memperbanyak guru pendamping untuk mengawasi seluruh siswanya,” tegasnya.
SMK 1 Adiwerna bahkan telah melarang siswanya membawa ponsel dengan kelebihan multimedia dan internet. Ponsel yang diperbolehkan dibawa siswa ke sekolah hanya yang bisa untuk SMS dan telepon saja. Setiap pagi, pihaknya selalu merazia puluhan ponsel siswa.
”Pagi ini kami menyita puluhan ponsel siswa. Semua kami tahan dan hanya bisa diambil oleh orang tuanya masing-masing," tandasnya Wakil Kepala Sekolah Sakirin. Sakirin mengakui, dari seluruh ponsel yang disita itu tidak ditemukan tersimpan video dan gambar mesum. Kemungkinan, beberapa siswa menghapusnya saat akan dibawa ke sekolah. Pasalnya, ada ponsel yang masih terdapat file video Ariel, tapi tidak bisa dibuka karena dipasang password. "Ada juga yang memory card-nya diambil," jelasnya.